Sabtu, 23 Januari 2016

Kekerasan Budaya Pasca 1965: (Bagaimana Orde Baru Melegitimasi Anti-Komunisme Melalui Sastra dan Film)


Penulis: Wijaya Herlambang 
Penerbit: Marjin Kiri
Tebal: 334 + xiv hal
Berat: 500gr
Harga: 78.000
Diskon: 15%
Order: 0821 3648 3766
Keep Calm and Reading for Indonesia!


Orde Baru sukses dalam memelintir sejarah kiri di Indonesia untuk mencitrakannya sebagai ideologi iblis yang menjadi ancaman terbesar bagi negara. Terbukti, jauh sesudah Orde Baru jatuh, anti-komunisme tetap bercokol kuat dalam masyarakat Indonesia. Buku ini menjelajahi kembali faktor-faktor yang membentuk dan memelihara ideologi anti-komunis itu, bukan saja sebagai hasil dari kampanye politik, melainkan juga hasil dari agresi kebudayaan, terutama melalui pembenaran atas kekerasan yang dialami oleh anggota dan simpatisan komunis pada 1965-1966. Buku ini menganalisis upaya pemerintah Orde Baru beserta agen-agen kebudayaannya dalam memanfaatkan produk-produk budaya untuk melegitimasi pembantaian 1965-1966. Dengan bukti-bukti empiris ditunjukkan bahwa intervensi langsung CIA kepada para penulis dan budayawan liberal Indonesia untuk membentuk ideologi anti-komunisme bukanlah isapan jempol belaka. Siapa saja penulis yang terlibat? Bagaimana metodenya? Sebagai tambahan, buku ini juga menganalisis perlawanan kelompok-kelompok kebudayaan Indonesia kontemporer terhadap warisan antikomunisme Orde Baru itu.

Saat moralitas dibangun di atas kuburan massal dan diamankan melalui teror serta kebohongan, kehampaan moral tak syak lagi terjadi. Wijaya Herlambang dengan cemerlang menganalisa perkembangan historis dan dinamika diskursif dari kehampaan ini, menguak gagasan-gagasan yang membuat kebohongan tampak
benar.

Joshua Oppenheimer, sutradara film dokumenter T he Act of Killing


Artikel Terkait

Kekerasan Budaya Pasca 1965: (Bagaimana Orde Baru Melegitimasi Anti-Komunisme Melalui Sastra dan Film)
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email